Cara menghitung HPP makanan ~ Mau buka usaha kuliner tapi bingung mencari harga jual yang pas? Yuk pelajari cara menghitung HPP dan bagaimana mendapatkan keuntungan yang paling pas.
BisnisHandal.com, HPP atau singkatan dari Harga Pokok Penjualan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh produsen atau perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menghasilkan produk barang atau jasa.
Tujuan dari perhitungan HPP dalam usaha adalah untuk menentukan besaran dari laba bersih dari penjualan suatu produk. Dengan adanya perhitungan HPP, perusahaan bisa membuat rencana keuangan untuk menentukan sebesarapa besar target penjualan hingga target keuntungan dalam satu waktu tertentu.
Baca: Apa itu Omset? Pengertian Omset, Profit, dan Cara menghitung Keduanya
HPP dalam Usaha Makanan
Perhitungan HPP dalam usaha makanan atau industri kuliner adalah salah satu yang paling sulit. Hal ini karena banyaknya varibel biaya yang harus dikalkulasi dengan baik.
Karena sulitnya perhitungan HP dalam usaha makanan ini, ada beberapa pengusaha kuliner yang menetapkan harga jual sebesar dua atau tiga kali dari harga beli bahan untuk satu set menu.

Hal ini selain bukan cara yang baik untuk menghitung harga jual suatu produk makanan, juga bisa berakibat harga jualnya menjadi tidak akurat. Akibatnya sangat mungkin harga jual makanan tersebut menjadi terlalu mahal atau terlalu murah, yang akhirnya banyak menimbulkan kerugian.
Elemen Food Cost dalam menghitung HPP Usaha makanan
Maka dari itu, dalam perhitungan HPP untuk usaha makanan, kita harus melihat dan memetakan beberapa elemen food cost sebagai berikut.
1. Biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya langsung atau direct cost adalah total biaya yang dikeluarkan untuk membeli semua bahan makanan untuk satu set menu porsi makanan.
Jenis biaya ini adalah elemen terpenting dari keseluruhan cara menghitung HPP usaha makanan. Jadi pastikan untuk bagian pembelian mencatat dan mendata biaya pengeluaran untuk setiap pembelian bahan-bahan produksi makanan.
2. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Biaya tidak langsung adalah biaya pengeluaran yang bermanfaat untuk menambah kualitas restoran atau dalam hal penyajian makanan kepada konsumen.
Biasaya biaya tidak langsung dikeluarkan sekali dalam beberapa waktu tertentu, misalnya bulanan, tiga bulanan, atau bahkan tahunan.
Contoh biaya tidak langsung dalam bisnis makanan adalah misalnya biaya untuk membeli piring, sendok, meja makan, sabun, dekorasi restoran, tanaman hias, biaya tagihan listrik, air, dan lain-lain.
3. Biaya Overhead
Biaya overhead adalah pengeluaran dalam usaha makanan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas restoran dan menunjang operasional dalam bisnis kuliner.
Jadi biaya overhead ini boleh ada dan boleh tidak dalam bisnis kuliner. Tetapi jika ada akan sangat berpotensi untuk meningkatkan penjualan atau menambah jumlah pelanggan.
Beberapa contoh biaya overhead adalah misalnya biaya iklan, biaya pemasaran, dan lain-lain.
4. Biaya Tenaga Kerja
Yang cukup penting dari cara menghitung HPP untuk usaha makanan adalah biaya yang kita keluarkan untuk gaji tenaga kerja. Tenaga kerja di sini bisa berupa tenaga kerja tetap (harian, mingguan, atau bulanan) dan tenaga kerja tidak tetap.
Perhitungan biaya tenaga kerja dengan tepat akan sangat penting dalam menentukan target laba yang ingin dicapai oleh perusahaan.
Cara Menghitung HPP untuk Bisnis Makanan
Cara menghitung besarnya HPP untuk bisnis makanan adalah dengan menjumlahkan seluruh beban biaya atau pengeluaran untuk memproduksi makanan dalam satu porsinya. Dengan demikian, pengusaha dapat dengan mudah menentukan harga jual dan target laba yang akan dicapai nanti.
Contoh Perhitungan HPP untuk Bisnis Makanan
Berikut ini adalah satu contoh kasus dalam perhitungan HPP untuk usaha makanan.

Pak Udin adalah pedagang nasi goreng yang berjualan kaki lima di sebuah jalan yang cukup ramai. Setiap harinya Pak Udin dengan bantuan satu orang pegawai bisa menjual rata-rata 200 porsi untuk pelanggannya.
Untuk membuat satu porsi nasi goreng, Pak Udin membutuhkan bahan-bahan sebagai berikut.
Bahan | Jumlah | Harga |
Nasi putih | 1 piring | Rp 2,500.00 |
Bumbu-bumbu | Secukupnya | Rp 1,500.00 |
Ayam suwir | 2 gram | Rp 1,000.00 |
Irisan tomat | 2 iris | Rp 200.00 |
Acar timun | 2 sdm | Rp 300.00 |
Telur ayam | 2 butir | Rp 3,000.00 |
Minyak goreng | 2 sdm | Rp 500.00 |
Total | Rp 9,000.00 |
Kemudian dalam produksinya menggunakan listrik, gas, dan air. Total pengeluaran untuk listrik, gas, dan air setiap bulannya adalah Rp 1.000.000.
Jika dalam hari, kapasitas produksi nasi goreng adalah 200 porsi, maka dalam sebulan total produksinya adalah 6.000 porsi. Dengan demikian, biaya listrik, gas, dan air untuk satu porsi nasi goreng adalah Rp 1.000.000/6.000 = Rp 166,67 atau bisa dibulatkan menjadi Rp 200.
Berikutnya juga ada biaya tidak langsung, sebagai contoh box styrofoam dan sendok plastik untuk 1 porsi nasi goreng adalah Rp 500.
Karena Pak Udin dibantu oleh seorang karyawan dengan gaji Rp 1.800.000 per bulan, maka biaya tenaga kerja untuk satu porsi nasi goreng adalah Rp 1.800.000/6.000 = Rp 300.
Jadi total HPP untuk satu porsi nasi goreng jualan Pak Udin adalah Rp 9.000 + Rp 200 + Rp 500 + Rp 300 = Rp 10.000.
Dengan demikian, untuk bisa mendapatkan laba atau keuntungan, Pak Udin harus menjual satu porsi nasi gorengnya lebih dari Rp 10.000.
Jika Pak Udin menjual nasi gorengnya seharga Rp 12.000, maka besarnya laba atau keuntungan per porsi nasi gorengnya adalah Rp 2.000.
Baca: Banyak yang Salah Kaprah, Begini Cara Menghitung Diskon yang Benar
Demikianlah cara menghitung HPP yang tepat dalam usaha makanan yang bisa anda praktekkan sendiri dalam menjalankan bisnis kuliner. Semoga bisa bermanfaat. [BH/CS]