Kisah Ferry Unardi, Keluar dari Microsoft dan Harvard Demi Traveloka

Sharing is caring!

Ferry Unardi, BisnisHandal.com ~ Mungkin bagi kebanyakan orang, keluar dari pekerjaan di Microsoft dan berhenti kuliah di Harvard University demi sebuah ide startup ticketing adalah keputusan yang gila dan sangat konyol. Namun Ferry Unardi membuktikan bahwa keputusannya tersebut tidak salah dan kini membawanya jadi salah satu anak muda terkaya di Indonesia. Seperti apa kisahnya?

Siapa yang tidak mengenal Traveloka, salah satu perusahaan startup di Indonesia yang menyediakan layanan pemesanan tiket pesawat, hotel, kereta api, dan berbagai fasilitas menarik lainnya.

Saat ini Traveloka berkembang sangat pesat dan menjadi salah satu dari empat perusahaan startup unicorn atau perusahaan rintisan yang nilai valuasinya mencapai US$1 milyar bersama dengan Go-Jek, Tokopedia, dan Bukalapak.

Traveloka berdiri pada tahun 2012 oleh Ferry Unardi, Derianto Kusuma, dan Albert Zhang dengan karyawan berjumlah 8 orang.

Kini Traveloka sudah jauh berkembang untuk menuju decacorn atau perusahaan startup dengan nilai valuasi mencapai US$10 milyar dengan karyawan lebih dari 1.200 orang dan pengunjung yang mencapai 16,5 juta orang setiap bulannya.

Dibalik keberhasilan Traveloka yang luar biasa ini tentu ada orang hebat di belakangnya.

Dia adalah Ferry Unardi, CEO sekaligus salah satu founder Traveloka.

Kisah Ferry Unardi, Keluar dari Microsoft dan Harvard Demi Traveloka

Seperti apa perjalanan Ferry Unardi membesarkan Traveloka? Berikut kisahnya!

Kisah Ferry Unardi

william tanuwijaya
achmad zaky

Ferry Unardi lahir di Padang, Sumatera Barat tanggal 16 Januari 1988.

Setelah menamatkan SMA, ia melanjutkan pendidikan di Purdue University Amerika Serikat jurusan Computer Science and Engineering.

Usai menamatkan kuliah, Ferry kemudian diterima bekerja di Microsoft sebagai software engineer. Selama 3 tahun Ferry Unardi bekerja di Microsof hingga pada satu saat ia merasa bahwa dirinya tidak akan pernah menjadi engineer terbaik disana.

Lelahnya rutinitas kerja di Microsoft membuat Ferry memutuskan untuk rehat sejenak dari pekerjaannya dan pergi traveling ke China.

Bermula dari kerepotan mencari tiket traveling ini membuat Ferry menyadari bahwa ada satu potensi bisnis besar yang bisa dikembangkan di industri ini.

Ide Bisnis Pencarian Jadwal Penerbangan

traveloka pesawat murah
traveloka hotel

Tidak hanya sulit mencari tiket untuk perjalanan ke China, selama ini Ferry Unardi juga sulit mencari rute penerbangan dari Amerika – Padang ketika hendak mudik dan repot mengatur jadwal penerbangan tersebut.

Namun ide bisnis tersebut tidak langsung diteruskan karena background pendidikan Ferry yang seorang engineer ini sama sekali buta dalam urusan bisnis.

Ferry sadar bahwa untuk terjun ke dunia bisnis yang keras dirinya paling tidak harus memiliki dasar pengetahuan bisnis terlebih dahulu.

Mundur untuk Maju Lebih Jauh

harga tiket pesawat traveloka

Karena pengetahuan bisnis yang sangat terbatas ini, akhirnya Ferry memutuskan untuk berhenti bekerja di Microsoft dan melanjutkan kuliah S2 di Harvard University jurusan Bisnis.

Keputusannya untuk berhenti di sebuah perusahaan besar yang menjadi dambaan jutaan pekerja di seluruh dunia tersebut bukanlah tanpa pertentangan.

Banyak pihak yang merasa Ferry telah membuat keputusan konyol karena melepas pekerjaan yang sangat menjamin masa depannya kelak. Namun, ide untuk mengembangkan startup di bidang tiket pesawat sudah benar-benar tidak tergoyahkan lagi.

Setelah menempuh pendidikan 1 semester di Harvard University, naluri bisnisnya semakin terasah. Ferry akhirnya yakin untuk mengembangkan perusahaan startup yang bergerak dibidang pencarian jadwal penerbangan pesawat terbang.

Lahirnya Traveloka

albert zhang
leontinus alpha edison

Tepat di ulang tahunnya yang ke-23 tahun sebuah keputusan penting yang merubah jalan hidup Ferry Unardi akhirnya dibuat.

Ferry memutuskan berhenti kuliah dan fokus dalam mengembangkan bisnis mesin pencari jadwal penerbangan dengan teknologi yang modern, fleksibel, dan praktis.

Sebuah keputusan yang lagi-lagi mendapat pertentangan banyak pihak kala itu. Namun, keputusan Ferry sudah bulat dan tidak tergoyahkan.

Menurutnya, jika tidak memulai saat itu juga dirinya akan ketinggalan karena akan ada orang lain yang memulai dan akan sulit mengejar para kompetitor.

Bersama dengan 2 orang sahabat yaitu Derianto Kusuma dan Albert Zhang, pada tahun 2012 Traveloka resmi lahir dengan konsep awal sebagai mesin pencari dan aggregator jadwal penerbangan.

Traveloka perlahan mulai menancapkan kukunya di jaringan internet yang ada di Indonesia dan setahun setelahnya berkembang dari mesin pencari menjadi platform yang juga melayani reservasi atau pemesanan tiket.

Semakin Berkembang, Masalah Baru Juga Muncul

traveloka albert zhang
traveloka derianto kusuma

Sebuah startup baru yang menjadi platform reservasi tiket bukanlah perkara mudah bagi Traveloka. Apalagi waktu itu smartphone belum berkembang dan  80% penjelajahan internet masih menggunakan koneksi internet lewat PC.

Maka dari itu, banyak maskapai besar yang menolak bekerja sama dengan Traveloka.

Namun bukan Ferrry Unardi namanya kalau langsung menyerah pada keadaan.

Bersama dengan tim, Ferry terus berupaya mengembangkan Traveloka menjadi platform yang terus memberikan kualitas dan pelayanan terbaik agar pelanggan semakin bertambah.

Usahanya pun akhirnya lambat laun membuahkan hasil.

Traveloka semakin lama semakin banyak dikunjungi pelanggan dan maskapai penerbangan satu per satu akhirnya luluh dan bekerja sama dengan Traveloka karena melihat potensi bisnisnya yang begitu besar.

Lambat laun, tidak hanya pelanggan, investor juga semakin bertambah dan Traveloka terus berkembang dengan pesatnya.

Traveloka Sekarang

laporan keuangan traveloka
ferry unardi

Kini Traveloka sudah menjadi salah satu perusahaan startup terbesar di Indonesia yang tidak hanya melayani reservasi tiket penerbangan saja, namun juga reservasi hotel, tiket kereta api, tiket bus, dan berbagai layanan menarik lainnya.

Sebagai pionir platform reservasi tiket di Indonesia, kini Traveloka masuk menjadi salah satu dari 4 perusahaan startup unicorn dan diprediksi tidak lama lagi akan menjadi decacorn.

Semua keberhasilan ini tentunya tidak lepas dari kerja kerjas Ferry Unardi, sang CEO sekaligus pionirnya Traveloka.

Pada bulan Juni 2018 lalu majalah Globe Asia merilis daftar 150 orang terkaya di Indonesia dan Ferry Unardi masuk di posisi 146 dengan total kekayaan mencapai US$ 146 juta. Nilai kekayaan Ferry Unardi berada di atas para pendiri startup unicorn lain seperti William Tanuwijaya pendiri Tokopedia (urutan 148), Achmad Zaki pendiri Bukalapak (urutan 149), dan Nadiem Makarim pendiri Go-Jek (urutan 150).

Baca juga:

Kesuksesan yang diraih oleh Ferry Unardi tentu tidak diraih dalam tempo satu malam. Ada kerja keras dan usaha yang tidak sedikit di dalamnya.

Dari keberhasilan seorang Ferry Unardi kita dapat belajar beberapa hal:

  • Sebuah ide akan percuma jika dibiarkan dormant tanpa adanya eksekusi nyata
  • Tekad yang kuat adalah kunci utama untuk memulai suatu bisnis
  • Jangan takut untuk mundur beberapa langkah agar bisa maju lebih jauh
  • Setiap masalah pasti ada jalan keluar

Semoga kisah sukses Ferry Unardi bisa menjadi inspirasi bagi kita semua. [BH/HT]

Tinggalkan komentar